Kamis, 06 November 2014

Perkakas Elektronik Rakitan Sendiri

    Mungkin konten blog saya akhir-akhir ini terkesan berantakan dan keluar dari bahasan utama tentang perkayuan dan pertukangan. Padahal tidak demikian maksudnya. Saya memang sengaja menuliskan konten beragam agar blog ini lebih berwarna. Mirip gado-gado, makin beragam bumbu dan sayurannya maka makin nikmat rasanya.
      Selain sebagai tukang kayu, saya juga bekerja serabutan. Sebagai seorang lelaki tentu dituntut multitalenta demi menafkahi keluarga. Menjadi petani, pedagang, tukang batu atau teknisi listrik juga saya lakoni.
      Merunut ke masa muda, setamat SD maka saya melanjutkan kursus elektronika selama setahun. Dulu, Biyung hanya kerja sebagai emban di kawasan pecinan. Jadi tak mungkin saya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Disokong majikan Biyung hingga bisa bersekolah SD saja saya sudah sangat bersyukur.
     Usai kursus elektronika, saya diajak kerabat ke Surabaya. Dimasukkan ke pabrik tekstil sebagai office boy. Tugasnya mengetik, menyiapkan kopi dan mengantar surat. Tapi pekerjaan di pabrik tekstil tak berlangsung lama karena ada gonjang-ganjing tahun 1965.
   Saya diungsikan ke Lampung demi menghindari kekisruhan itu. Saya takkan membahas kehidupan di Lampung lagi. Abaikan dan langsung ke masa setelah saya menikah.
       Tahun 1985 saya menikah dan dikarunia anak pertama setahun kemudian. Untuk menghidupi keluarga, saya bekerja sebagai pembuat peti kayu saat siang dan membuka reparasi radio saat malam.
     Dulu radio FM sempat berjaya dan jadi primadona. Meskipun penyaluran listrik belum merata, masyarakat telah mengandrungi radio portabel bertenaga baterei dan aki.
      Saya memakai aki sebagai sumber listrik. Diisi ulang seminggu sekali. Dan penerangannya mengunakan lampu sentir. Saya tidak memakai petromaks karena putri sulung saya sangat sensitif terhadap cahaya menyilaukan. Matanya mungilnya selalu sakit dan berair bila terkena sinar petromaks.
      Saya bisa memperbaiki radio rusak tiap hari dengan ongkos sukarela. Berapapun saya terima sebagai uang solder dan pengganti onderdil yang rusak. Toh, saya cuma pakai solder kayu yang digarang di atas torong sentir, gondorukem dan tenol sebagai senjata pamungkas.
     Selain mereparasi, saya juga membuat beberapa perkakas elektronik sendiri seperti radio, tape recorder dan speaker dengan wadah kayu.
       Biarpun bentuknya kotak kayu, tapi kualitas suaranya bagus. Beberapa karya saya laku terjual di pasar. Lumayan sebagai penghasilan tambahan kala itu.
       Sayangnya seiring bertambahnya usia, kemampuan mata saya makin menurun. Semenjak memakai kacamata diusia 40an, saya mengurangi kegiatan reparasi elektronik. Bengkel reparasi radio saya tutup. Sekarang saya hanya menjadi teknisi pribadi. Sebatas memperbaiki perkakas rumah yang rusak. Sesekali memperbaiki televisi dan ponsel anak yang rusak ringan. Gambar ini salah satu karya saya, tape recorder dilengkapi amplifier dan speaker box.



Lazada Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar