Melalui medsos anak saya, saya mengikuti kehebohan masalah konsep perkalian anak SD tersebut. Berawal dari status seorang mahasiswa tentang keluhan PR adiknya yang bersekolah kelas 2SD, berestafet menjadi rangkaian status dan komentar di facebook.
Tak berhenti di situ, informasi tersebut merambah medsos lainnya bahkan pada berbagai portal nasional termasuk yahoo.
Permasalahan yang tampak sepele tersebut ditanggapi beragam sesuai pemikiran individu masing-masing. Pro dan kontra terjadi. Pendapat dan asumsi terbelah menjadi dua kubu. Satu pihak membenarkan sang murid, sedangkan pihak lain membenarkan konsep sang guru.
Bahkan Profesor Yohanes Surya juga turut urun rembug melalui fanpage beliau. Menurut beliau, konsep tersebut diibaratkan sebagai konsep perhitungan kotak dan jeruk. Dijelaskan secara simpel tentang pemahaman matematika gasing (gampang - asyik - menyenangkan). Penjelasan sederhana yang mudah dipahami anak-anakku. Mereka bilang sudah mudeng tentang konsep yang dijelaskan beliau.
Namun, adapula tokoh lain yang menyanggah penjelasan Profesor Yohanes Surya. Penyanggahnya seorang ahli matematika yang menyatakan bahwa konsep yang disampaikan Prof. Yohanes berasal dari konsep ilmu alam yang kurang sesuai dengan ilmu matematika.
Entahlah, sebagai orang awam, saya kurang mudeng dengan berbagai konsep para ilmuwan itu. Saya hanya mudeng konsep resep dokter dari puskemas bahwa 3 x 1 itu berarti obat harus diminum 3 kali sejumlah sebutir sehari. Kalau nekat minum 3 butir sekali tenggak bisa berbusa nih mulut alias overdosis.
Kalau perhitungan dalam pertukangan lain ceritanya. Itu disesuaikan sama anggaran dan ketersediaan bahan. Kalau duitnya kurang ya, kayu bekas pun digunakan lagi biar ngirit. Eh, lha kok malah ngelantur. Maaf nih, bukan bermaksud ikut campur. Hanya tertarik saja. Semoga permasalan tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar